Benyamin
sueb boleh dikata “nabi” nya seniman betawi, kelahiran 5 Maret 1939 di Kampung
Utan Panjang, Kemayoran ini adalah anak bontot dari delapan bersaudara pasangan
Siti Aisyah dengan Sukirman. Penyanyi, aktor, dan komedian yang tanpa sungkan
meng-ekspresikan keseharian orang betawi dalam setiap lirik lagunya. Mulai dari
nyari kutu, digusur, ondel-ondel, tukang minyak, dipatil ikan, bayi tabung dan “magnum
opus” nya kompor meleduk, tak luput jadi
tema nyanyiannya. Seakan tak ada yang tabu dalam lirik lagu bang ben, begitu
biasa dia dipanggil. Mungkin beliau salah seorang seniman musik yang berhasil
mendobrak tradisi, sehingga orang merasa dibebaskan dalam bernyanyi, terutama
lagu-lagu betawi. Hasilnya pendukung bahasa betawi-pun semakin luas. Tidak
seperti bahasa jawa atau bahasa sunda, bahasa betawi adalah bahasa yang
egaliter, egaliterisme dalam bahasa betawi adalah tidak dikenalnya lapisan
dalam penggunaan bahasa. Inilah salah satu sebab kenapa lagu-lagu benyamin sueb
cepat akrab ditelinga pendengar. Apalagi tema-tema yang diangkat umumnya
mengenai hal-hal yang menjadi problem keseharian masyarakat kelas bawah.
Dalam
mengekspresikan perasaan misalnya, banyak lagu benyamin sueb yang diluar
kebiasaan, jika Hamdan ATT mengatakan lebih baik sakit gigi dari pada sakit
hati, maka Benyamin sueb jauh lebih sadis, dalam lagunya balada cinta di blokir,
pedihnya hati karena diputus cinta digambarkan
bagaikan kutil yang dicabut, atau hatinya yang hancur digambarkan seperti terigu
atau seperti cermin yang jatuh dari helikopter keduanya dalam lagu cintaku
berat di ongkos. Begitupun dengan janji palsu sang kekasih yang dilukiskan
seperti janji-janji kolonialis yang pernah menjajah negeri tercinta ini.
Kita
juga dapat menemukan lagu-lagu benyamin sueb yang nyerempet-nyerempet teori
evolusinya Darwin, dalam bukunya the origin of species, by means of natural
selection yang diberi kata pengantar oleh sir Julian Huxley, Charles Darwin
berkesimpulan bahwa manusia dan kera kemungkinan berasal dari nenek moyang yang
sama. Tapi ditangan Benyamin Sueb dalam lagunya Jande Tue dan Saudagar
Bandot, teori evolusi berkembang lebih
ekstrim lagi karena Pak Ma’ruf tokoh dalam lagu tersebut kemungkinan berasal
dari kambing bandot atau Janda Tue yang berevolusi dari Ikan peda. Karena
persamaan janda dengan ikan peda itulah pada tanggal 22 januari 1975 lewat
harian kompas, salah seorang warga bernama soeseno yang beralamat di jalan
Otista III melakukan protes keras lewat rubrik surat pembaca, karena tersinggung
dengan syair lagu Janda Tue.
Dalam
bidang medis lirik lagu Bang Ben tak kalah seru, dalam lagunya Tukang Obat,
ramuan yang dibuat dari akar aren, akar asem ditambah kumis kucing dan kumis
anjing serta sarang burung dan sarang bajing, mampu mengobati borok, eksim,
patek, kurap, sakit enteng sakit berat ditambah juga sakit saraf.
Kebanyakan
lagu-lagu Benyamin Sueb dibawakan dalam irama gambang kromong dan dalam bahasa
Betawi, tapi ada juga lagu yang direkam dalam bahasa inggris sepereti lagu Baby
Cry dan lagu superman, atau bahasa India atau di india-india-kan seperti lagu
Jale Samge Janahe yang sebenarnya bercerita soal menjaring ikan laut dengan
Jala, ada juga lagu dalam bahasa campuran betawi dan jawa dalam lagu warung
pojok, atau betawi dan sunda dalam lagu badminton dan terompet. Begitupun
halnya dengan genre musik, hampir semua genre ada dalam lagu Benyamin Sueb,
disamping gambang kromong, banyak juga lagu yang direkam dalam genre pop, rock,
blues bahkan seriosa.
Bahkan
banyak orang yang mengakui bahwa benyamin sueb adalah pelantun blues indonesia
yang sebenarnya, karena sebagaimana aslinya lagu-lagu blues yang berkembang
dikalangan kulit hitam Amerika berisi ratapan kesengsaraan hidup karena
perbudakan, begitupun Bang Ben dalam lagu nya Di Gebukin yang dilantunkan dalam
irama blues, orang pasti tidak akan menyangkal jika lagu yang intronya dibuka
dengan suara sayatan gitar model lagu Still Got The Blues-nya Gary Moore ini
benar-benar berisi ratapan,yang menyatat hati, karena mengisahkan seorang anak yang digebukin bapaknya karena
nyolong duit.
Pergeseran
gaya hidup juga jadi bahan sorotan bang Ben, kebiasaan masyarakat yang berubah
akibat pengaruh budaya luar digambarkan dengan sentuhan humor yang kental dalam
lagu Brang Breng Brong dan Steambath. Masyarakat yang tadinya suka main rebana
dan nyanyi lagu kasidahan kini berganti dengan lagu barat dan dansa dansi yang
iramanya sangat berisik digambarkan seperti suara Brang Breng Brong, atau bapak
bapak yang sering telat pulang kerumah dan jarang mandi dikamar mandi rumah
karena sering mampir di tempat stembath.
Dalam
buku kompor mleduk Benyamin S, ciri khas bang Ben dalam menyanyi pada dasarnya
adalah gaya bertutur ala lenong yang memberikan kebebasan sepenuhnya untuk
nyelonong dan nyeletuk, sehingga humor
lisan keluar denga spontan, walaupun kadang terdengar kampungan, kasar, nakal
dan ceriwis namun disiisi lain juga cerdik. Menurut SM Ardan, tokoh kesenian
betawi, cirri ciri lagu betawi adalah sengga’an-nya, dalam sengga’an itulah terletak
kelucuan bang ben. Lagu lagu bang ben akan terdengar datar apabila tidak
diselingi dengan omong-omong yang kadang menggerundel dan ngaco.
Pada
tanggal 5 september 1995 pukul 05.20 Benyamin Sueb, pendekar seni betawi masa
kini, meninggal dunia, kembali kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa dalam usia 56 tahun dirumah sakit Harapan Kita, Jakarta.
Jenazahnya dimakamkan di pemakaman Karet
Bivak. Sebelum meninggal bang Ben masih sempat menciptakan lagu, lagunya yang
terakhir ini belum sempat direkam dengan baik, liriknya menggambarkan dirinya
yang lucu lepas, dan spontan :
Ane tukang baso…..
Basonya kelas
berat…..
Mo nyang daging apa
yang urat…..
Ayo pesen-pesen cepet
cepet….
Jangan sampe
terlambat…..
Yang natri banyak
be’eng…
Kalo ente telat
dikit.
Kaga bakal de de de
de…..
Ane tukang baso…
Basonya baso urat…
Mo nyang kecil apa
yang berat
Ane sediain cepet
cepet…..
La..la..la..le..le..la..laaa…
Ane tukang baso….
Basonya kelas berat….
Mo nyang daging apa
yang urat…..
Ayo pesen-pesen cepet
cepet….
Post by : haryanto bian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar