Senin, 27 Februari 2012

CATATAN BETAWI BOCOR


*KISAH SEPAK BOLA “VOETBAL” di Batavia




*KISAH SEPAK BOLA “VOETBAL” di Batavia

Disangkal atau tidak negeri ini pernah dijajah hingga lebih kurang 350 tahun. Banyak begitu pengaruh Belanda di negeri  ini. Salah satunya Belanda telah memperkenalkan sepak bola Ke Hindia Belanda. Dan hangat-hangatnya jadi perbincangan adalah banyak pula pemain Belanda yang masih keturunan Indonesia.
Ada baiknya jika kita sedikit menengok tentang Voetbal (sepak bola) di Batavia. Di akhir tahun 1920, pertandingan Voetbal atau sepak bola sering kali digelar untuk meramaikan pasar malam. Pertandingan biasanya dilaksanakan sore hari.
Sebenarnya selain olahraga sepak bola, bangsa Eropa termasuk Belanda juga memperkenalkan olahraga lain, seperti kasti, bola tangan, renang , tennis dan hoki. Hanya semua jenis olahraga itu hanya terbatas untuk kalangan Eropa, Belanda dan indo. Jadi sangat eksklusif. Alhasil sepak bola paling disukai karena tidak memerlukan tempat khusus dan pribumi boleh memainkannya.

Lapangan Singa (Lapangan Banteng) menjadi saksi dimana orang Belanda sering menggelar pertandingan Panca Lomba (vijfkam) dan Dasa Lomba (tienkam). Khusus sepak bola, serdadu di tangsi-tangsi militer paling doyan bertanding. Mereka kemudian membentuk bond sepak bola atau perkumpulan sepak bola.

Dari bond-bond itulah kemudian terbentuk satu klub besar. Tak hanya serdadu militer, tapi juga warga Belanda, Eropa dan  indo membuat bond-bond serupa.
Dari bond-bond itu kemudian terbentuklah Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) yang pada tahun 1927 berubah menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU). Sampai pada tahun 1929, NIVU sering mengadakan  pertandingan termasuk  dalam rangka memeriahkan pasar malam dan tak ketinggalan  sebagai ajang judi. Demikian Zeffry Alkatiri berkisah dalam  Pasar   Gambir, Komik Cina dan Es Shanghai.

Bond China menggunakan nama antara lain Tiong un Tong, Donar dan UMS. Adapun Bond pribumi biasanya mengambil nama wilayahnya, seperti Cahaya Kwitang, Sinar Kernolong, atau Si Sawo Mateng.
Zeffry menyebutkan, pada tahun 1928 dibentuk Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ) sebagai akibat dari diskriminasi yang dilakukan NIVB. Sebelumnya bahkan sudah dibentuk Persatuan Sepak bola Djakarta (Persidja) pada tahun 1925.
Pada 19 April 1930, Persidja ikut membentuk Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di gedung Soceiteit Hande Projo, Yogyakarta. Pada saat itu Persidja menggunakan lapangan di Jalan Biak, Roxy Jakarta Pusat.
Memasuki tahun 1930-an, pamor bintang lapangan bond NIVB, G Rehatta dan de Wolf, mulai menemui senja dan berganti bintang lapangan bond China dan pribumi, seperti : Maladi, Sumadi dan Ernst Mangindaan. Pada tahun 1933, VIJ keluar sebagai juara pada kejuaraan PSSI ke 3.

Pada masa Jepang, semua bond sepak bola dipaksa masuk Tai Iku Koi bentukan pemerintahan militer Jepang. Dimasa ini Taiso, sejenis senam, menggantikan olah raga permainan. Baru setelah kemerdekaan, olahraga permainan kembali semarak.

Tahun 1948, pesta olah raga bernama PON (Pekan Olah raga Nasional) diadakan pertama kali di Solo. Dikala itu saja, sudah 12 cabang olah raga dipertandingkan. Sejalan dengan olah raga permainan, khususnya sepak bola, yang makin popular dimasyarakat, maka kebutuhan akan berbagai kelengkapan olah raga pun meningkat.
Zeffry mencatat, di tahun 1960-1970-an, pemuda Jakarta mengenal toko olahraga Siong Fu yang khusus menjual sepatu bola. Produk dari toko sepatu di Pasar Senen ini jadi andalan sebelum sepatu impor menyerbu Indonesia. Selain Pasar Senen, toko olahraga di PasarBaru juga menyediakan peralatan sepakbola.

Pengaruh Belanda dalam dunia sepak bola di Indonesia adalah adanya istilah henbal, trekbal (bolo kembali), kopbal (sundul bola), losbal (lepas bola), dan tendangan 12 pas. Istilah beken itu kemudian memudar manakala demam bola Inggris di mulai sehingga istilah-istilah tersebut berganti dengan istilah persepakbolaan Inggris.
Sementara itu, hingga 1950 masih terdapat pemain indo dibeberapa klub di Jakarta. Sebut saja Vander Vin di klub UMS, Hercules, Niezen, Van den Berg dan Pesch dari klub BBSA. Pemain indo mulai luntur di tahun 1960-an.

*sumber : ref dan gambar  >> kompas.com

1 komentar:

  1. Ternyata...perjalanan sepakbola ditanah betawi mengalami perjalanan sejarah yang cukup panjang..saya kira masih banyak orang yang belum tahu akan hal ini...ruaarbiasaa..

    BalasHapus